Strategi Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)
Pada
dasarnya, tidak ada satu strategi khusus yang jitu dan bisa menjamin
keberhasilan implementasi MBS di semua tempat dan kondisi. Oleh karena itu,
strategi implementasi MBS di satu negara dengan negara lain bisa berlainan,
antara satu daerah dengan daerah lain juga bisa berbeda, bahkan antar sekolah
dalam daerah yang sama pun bisa berlainan strateginya.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-strategi berikut ini, yaitu:
sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal. Pertama, dimilikinya
otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan
keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan
pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil. Kedua, adanya
peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan
keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non instruksional. Ketiga,
adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan
mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif terutama kepala
sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan
sekolah secara umum. Kepala sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
berperan sebagai designer, motivator, fasilitator dan liaison. Keempat,
adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan
sekolah yang aktif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus
mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Kelima,
semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara
sungguh-sungguh. Keenam, adanya guidelines dari Departemen
Pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara
efisien dan efektif. Ketujuh, sekolah harus memiliki transparansi dan
akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban setiap
tahunnya. Kedelapan, penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian
kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar
siswa. Kesembilan, implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep
MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan (capacity
building) mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya,
implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan
dan dilakukan perbaikan-perbaikan
Sedangkan menurut Slamet P.H. karena
pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus dan
melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah, strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Pertama,
mensosialisasikan konsep MBS ke seluruh warga sekolah melalui seminar, diskusi,
forum ilmiah, dan media massa. Kedua, melakukan analisis situasi sekolah
dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh
sekolah dalam rangka mengubah manajemen berbasis pusat ke MBS. Ketiga,
merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan MBS
berdasarkan tantangan nyata yang harus dihadapi. Keempat,
mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan
situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi
yang dimaksud antara lain: pengembangan kurikulum, pengembangan tenaga
kependidikan dan non kependidikan, pengembangan siswa, pengembangan iklim
akademik sekolah, pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat, fasilitas
dan fungsi-fungsi lain. Kelima, menentukan tingkat kesiapan setiap
fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT. Keenam, memilih
langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk
mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Ketujuh,
membuat rencana jangka pendek, menengah dan panjang beserta program-programnya
untuk merealisasikan rencana tersebut. Kedelapan, melaksanakan
program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek MBS. Kesembilan,
melakukan pemantauan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil MBS.
Pendapat lain mengatakan bahwa
terdapat unsur-unsur pokok yang merupakan prasyarat minimal bagi MBS, yaitu:
partisipasi masyarakat, ketenagakerjaan, keuangan, kurikulum, sarana dan
prasarana serta strategi pelaksanaan.Dengan
demikian strategi implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat terkait
dengan kondisi obyektif yang ada di sekolah dan stakeholders. Oleh
karena itu, peluang kepala sekolah dan guru sebagai tumpuan sekolah ditantang
untuk bertindak sekreatif mungkin. Sejalan dengan hal itu guru dan kepala
sekolah dituntut untuk terus meningkatkan profesionalitasnya sehingga dapat
memberdayakan semua sumber daya secara optimal.