Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar

 Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar

Menurut Tabrani Rusyan dkk. dalam Mansyur menyatakan bahwa terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan diklasifikasikan seperti berikut: 
a. Konsep dasar strategi belajar mengajar
 Seperti telah diuraikan pada subpokok bahasan sebelumnya, konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: 
1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku,
2) Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, 
3) Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar

b. Sasaran kegiatan belajar mengajar  Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan Instruksional khusus dan tujuan Instruksional umum, tujuan kulikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
c. Belajar mengajar sebagai suatu sistem
 Belajar mengajar selaku suatu sistem Instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain, tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi.
Agar tujuan itu tercapai semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen itu terjadi kerja sama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
d. Hakikat proses belajar
 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil
belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.

e. Entering Behavior Siswa
Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior. Yang dipersoalkan adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa itu apakah benar merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.

Untuk kepastiannya seharusnya kita mengetahui tentang karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Itulah yang dimaksudkan dengan Entering Behavior Siswa. 

f. Pola-pola belajar siswa
 Robert M.Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe di mana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya.
Pola-pola tersebut adalah
1) Signal learning (belajar isyarat),
2)
Stimulus-response learning (belajar stimulus respons),
3) Chaining (rantai atau
rangkaian),
4) Verbal association (asosiasi verbal),
5) Discrimination learning
(belajar kriminasi/mengadakan pembeda),
6) Concept learning (belajar konsep
atau pengertian),
7) Rule learning (belajar aturan)
 8) Problem Solving (belajar memecahkan masalah). 

g. Memilih sistem belajar mengajar
Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan atau sistem pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah:
1) Enquiry-Discovery Learning,
belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari
dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. 
2) Expository approach
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. 
3) Mastery learning
Dari hasil berbagai studi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mampu menguasai bahan 90%-100% dari penyajian guru. Sebagian besar siswa bervariasi antara 50%-80%, malah sebagian lagi ada yang lebih kecil lagi penguasaannya terhadap bahan yang disajikan guru.
Adanya variasi penguasaan bahan ini mencerminkan adanya variasi kemampuan para siswa. 
4) Humanistic education
Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasar kecerdasan para siswa itu sangat bervariasi secara individual. Oleh karena itu muncul teori belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantu siswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya atau self realization
sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara pendekatannya masih bersifat enquiry-discovery based approaches.

Karakteristik pokok metode ini antara lain bahwa guru hendaknya jangan membuat jarak terlalu tajam dengan siswanya. Ia harus menempatkan diri berdampingan dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber atau konsultan dan berbicara. Taraf akhir dari proses belajar
mengajar menurut pandangan ini adalah self actualization seoptimal mungkin dari setiap anak didik.