Faktor yang mempengaruhi peningkatan kedisiplinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kedisiplinan 

Kedisiplinan bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara otomatis atau spontan pada diri seseorang, melainkan sikap tersebut terbentuk atas dasar beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
a. Faktor internal
Faktor ini merupakan faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, faktor-faktor tersebut meliputi:
1) Faktor pembawaan
Menurut aliran nativisme bahwa nasib anak itu sebagian besar berpusat pada pembawaannya, sedangkan pengaruh dari lingkungannya hanya sedikit. Baik buruknya perkembangan anak, sepenuhnya tergantung pada pembawaannya.  Pendapat tersebut menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan orang bersikap disiplin adalah pembawaan yang merupakan warisan dari keturunannya.
2) Faktor kesadaran
Kesadaran adalah hati yang telah terbuka atas pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. Disiplin akan lebih mudah ditegakkan bilamana timbul dari kesadaran setiap individu, untuk selalu mau bertindak taat, patuh, tertib, teratur, bukan karena ada tekanan atau paksaan dari luar. Dengan demikian, seseorang akan berperilaku disiplin jika dia memiliki kesadaran atau pikirannya telah terbuka untuk melakukan kedisiplinan.
3) Faktor minat
Minat adalah suatu perangkat manfaat yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan-perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut, dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.40 Dalam berdisiplin, minat sangat berpengaruh untuk meningkatkan keinginan yang ada dalam diri seseorang. Jika minat seseorang dalam berdisiplin sangat kuat maka dengan sendirinya dia akan berperilaku disiplin tanpa menunggu dorongan dari luar.
4) Faktor pengaruh pola pikir                                                          
Tentang pengaruh pola pikir, para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa pikiran itu tentu mendahului perbuatan, maka perbuatan berkehendak itu dapat dilakukan setelah pikirannya.41 Pola pikir yang telah ada terlebih dahulu sebelum tertuang dalam perbuatan sangat berpengaruh dalam melakukan suatu kehendak atau keinginan.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan kedisiplinan

b. Faktor eksternal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar diri orang yang bersangkutan. Faktor ini meliputi:
1) Contoh atau teladan
Teladan atau modeling adalah contoh perbuatan dan tindakan sehari-hari dari seseorang yang berpengaruh.42 Keteladanan merupakan salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses, karena teladan itu menyediakan isyarat-isyarat non verbal sebagai contoh yang jelas untuk ditiru. Mengarang buku mengenai pendidikan adalah mudah, begitu juga menyusun suatu metodologi pendidikan, namun hal itu masih tetap hanya akan merupakan tulisan di atas kertas, selama tidak bisa menjadi kenyataan yang hidup.43 Mengenai teladan ini, dengan jelas Allah menegaskan dalam al Qur‟an:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)

Ayat tersebut sering diangkat sebagai bukti adanya metode keteladanan dalam al Qur‟an. Muhammad Quthb mengatakan bahwa pada diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. 45 Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting yaitu akhlak, yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku.46
2) Nasihat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata- kata yang didengar.47 Oleh karena itu teladan dirasa kurang cukup untuk mempengaruhi seseorang agar berdisiplin. Menasehati berarti memberi saran-saran percobaan untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan keahlian atau pandangan yang obyektif.48 Al Qur‟an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendaki. Sebagai contoh dalam al Qur‟an surat al Isra ayat 22 disebutkan:
Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). (QS. Al Isra‟ : 22).49
Ayat tersebut menasihatkan kepada manusia agar tidak menyekutukan Allah, karena kalau itu dilakukan kesengsaraan lah yang akan didapatkan.
3) Faktor latihan
Melatih berarti memberi anak-anak pelajaran khusus atau bimbingan untuk mempersiapkan mereka menghadapi kejadian atau masalah-masalah yang akan datang.50 Latihan melakukan sesuatu dengan disiplin yang baik dapat dilakukan sejak kecil, sehingga lama kelamaan akan terbiasa melaksanakannya. Jadi, dalam hal ini sikap disiplin yang ada pada seseorang selain berasal dari pembawaan bisa dikembangkan melalui latihan.
4) Faktor lingkungan
Setiap masyarakat mempunyai budaya dan tata kehidupan masing- masing, demikian juga tiap kebudayaan memiliki norma yang mengatur kepentingan anggota masyarakat agar terpelihara ketertibannya. Dari sinilah terlihat bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya.51 Demikianlah pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pembentukan pribadi seseorang, termasuk di dalamnya pembentukan sikap disiplin. Jadi jelas bahwa lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap disiplin pada diri seseorang, khususnya santri.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi dan membentuk disiplin tersebut diantaranya:
a) Pengikatan dan ketaatan pada suatu aturan sebagai langkah penerapan dan praktik peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya.
b) Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.
c) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan dan diajarkan.
d) Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

Keberadaan keluarga menjadi sangat penting ketika kita membicarakan faktor lingkungan, dimana komunitas pertama yang menjadi lingkungan si anak adalah keluarganya, dimana keluarga merupakan satu elemen terkecil dalam masyarakat yang merupakan institusi sosial terpenting dan merupakan unit sosial yang utama melalui individu-individu yang disiapkan nilai-nilai hidup yang utama. Sehingga keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap sikap dan perilaku anak.54  Oleh karena itu pembentukan sikap kedisiplinan yang dibawa dari lingkungan keluarga akan menjadi modal besar bagi pembentukan sikap kedisiplinan di lingkungan berikutnya yang lebih luas. Sikap anak yang disiplin biasanya tumbuh di lingkungan yang penuh kasih sayang, sebaliknya anak yang kasar atau keras umumnya dalam jauh dari rasa kasih sayang di dalam keluarganya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa tumbuhnya sikap disiplin pada anak tidak terjadi secara instant atau mendadak. Namun, kedisiplinan seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

Adapun faktor yang mempunyai banyak pengaruh terhadap pembentukan kedisiplinan anak adalah
a) Keluarga, karena keluarga merupakan tempat dimana anak mendapatkan pendidikan pertama kali;
b) Pendidikan yang diperoleh di sekolah dan masyarakat, seperti pembentukan kebiasaan, sikap, dan pembentukan kesusilaan dan keagamaan;
c) Kewibawaan yang dimiliki oleh pendidik baik orang tua atau guru;
d) Orang yang dijadikan sebagai contoh dalam sikap dan perilakunya.
Meskipun begitu, yang menjadi modal utama perkembangan kedisiplinan seseorang adalah disiplin yang muncul dari dalam diri. Sebagaimana dikemukakan Sheila Ellison: “The best form of discipline is the kind that comes from within, that is based on our developed sense of right or wrong, and our own heartfelt goals”.
 (Bentuk disiplin yang terbaik adalah disiplin yang berasal dari dalam diri, yang berdasarkan pada pendirian kita yang berkembang tentang benar atau salah, dan berdasarkan pada tujuan kita yang sepenuh hati). Begitu penting dan kuatnya dorongan disiplin yang muncul dari dalam, sehingga Jari Eric-Nurmi berpendapat bahwa motivasi internal lebih kuat dan awet dalam membangkitkan semangat seseorang untuk habis-habisan melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.

Sehingga motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar.Lebih-lebih dalam hal penerapan sikap disiplin.  Namun, bagaimanapun juga seorang santri adalah remaja, yang sangat memperhatikan penerimaan sosial dari teman-temannya. Ingin diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok teman-temannya itulah yang mendorong remaja meniru apa yang dibuat, dipakai, dan dilakukan teman-temannya.Keadaan tersebut akan ikut menentukan seberapa jauh tingkat perkembangan kedisiplinan seorang santri