Model penilaian pendidikan akhlak

Model penilaian pendidikan akhlak

Menurut Paul Suparno, secara garis besar ada dua model penilaian akhlak yaitu:

1) Penilaian kuantitatif
Cara yang sering digunakan dalam kegiatan penilaian dan penyajian rapor adalah cara kuantitatif dengan menggunakan bilangan bulat. Penilaian kuantitatif adalah penyajian hasil penilaian dengan angka dan berpegang pada rentangan angka 1 sampai 10.

Model penilaian pendidikan akhlak
Ada kelemahan pada cara ini apabila dipakai dalam penilaian pendidikan akhlak. Hasil pendidikan akhlak langsung menyentuh kecerdasan moralitas siswa sehingga penilaian ini tidak akan membangun kesadaran akhlak siswa berkembang dari dalam. Bahkan bisa menyuburkan suasana ketidakjujuran dan dan\ subjektivitas guru sebagai penilai, serta pendangkalan budi pekerti peserta didik.
2) Penilaian kualitatif
Penilaian kualitatif ialah penyajian hasil penilaian dengan menggunakan bentuk pernyataan verbal, misalnya baik sekali, baik, sedang, kurang, atau kurang sekali. Jika akhlak yang dinilai adalah tingkat atau taraf kemajuan siswa dalam penguasaannya dalam menyentuh kecerdasan moral, maka tingkat kemajuannya pun secara konkret dapat dilihat atau dirasakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan akhlak. Penilaian ini secara umum bersifat deskriptif.

Pada penilaian dengan cara ini juga terdapat kelemahan, yakni kesadaran moral dalam diri siswa sukar terbentuk. Akan tetapi akan mungkin terjadi apabila tingkat kemajuannya terkendali dan terbentuk dengan cara diberi balikan langsung.

Perkembangan kualitatif akhlak siswa dapat dibantu dengan usaha yang dilakukan oleh sekolah. Upaya mengembangkan perilaku siswa agar menunjukkan penghayatan akhlak yang diajarkan bisa berupa teguran, sanksi, serta pengkondisian lingkungan.8