Ciri Orang yang cerdas Spiritual
Pada hakikatnya orang-orang yang cerdas spiritualnya akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Merasakan kehadiran Allah
Mereka yang bertanggung jawab dan cerdas secara rohaniah, merasakan kehadiran Allah dimana saja mereka berada. Mereka meyakini bahwa salah satu produk dari keyakinannya beragama antara lain melahirkan kecerdasan spiritual yang menumbuhkan perasaan yang sangat mendalam (zauq) bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah67.Allah berfirman dalam QS. Qaaf :1668
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”.(QS. Qaaf: 16)
b. Sabar
Kata sabar bermakna mencegah, mengekang atau menahan jiwa dari perasaan cemas, menahan lisan dari berkeluh kesan dan menahan anggota badan. Pendapat lain mengatakan kata “sabar” itu dari yang bermakna menghimpun dan merangkum, karena orang yang sabar adalah dia yang menghimpun (mengkonsentrasikan) jiwanya untuk tidak cemas dan keluh kesah. Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya yang sangat kuat untuk menerima beban, ujian, atau tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya.
Dalam nilai-nilai sabar itu, tampak sikapnya yang paling dominan antara lain sikap percaya diri (self confidence), optimis, mampu menahan beban ujian, dan terus berusaha sekuat tenaga (Mujahadah). Kata sabar dalam etimologi sudah cukup diterangkan diatas. Apapun hakikat sabar adalah suatu sikap utama dari perangai kejiwaan, yang dapat menahan perilaku tidak baik dan tidak simpati, dimana sabar merupakan kekuatan jiwa untuk stabilitas dan baiknya orang dalam berperan.
c. Empati Empati
adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain, merasakan dan mendengarkan debar jantung mereka sehingga mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batin dari orang lain.
“ Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (Qs. At-Taubah : 128).73
Ayat di atas menjelaskan bahwa anak cerdas spiritual melihat orang lain bukan sebagai ancaman melainkan kehadiran mereka di pandang sebagai Rahmat yang akan memperkaya nuansa batiniyahnya. Kehadiran orang bagi mereka merupakan anugerah karena hanya bersama orang lain itulah dirinya akan mampu meningkatkan kualitas sebagai makhluk yang memiliki multi potensi di hadapan Allah SWT. Seorang disebut cerdas spiritual, bila hanya peduli dengan akhirat tetapi membutakan dirinya terhadap misinya di dunia.
Tujuan hidup yang hakiki adalah menetapkan target yang tinggi terhadap penghargaan di akhirat dan untuk meraih ketinggian atau keluhuran hati nuraninya hanya bisa di buktikan dalam kehidupannya secara nyata dengan dunia.
d. Berjiwa besar
Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan kesalahan yang pernah dilakukan orang lain. Orang yang cerdas spiritualnya adalah orang yang mampu memaafkan orang lain, karena menyadari bahwa sikap pemberian maaf bukan saja bukti kesalahan melainkan salah satu bentuk tanggung jawab hidupnya. Mereka yang memiliki sikap pemaaf akan memudahkan dirinya beradaptasi dengan orang lain untuk membangun kualitas moral yang lebih baik.
Sikap memaafkan dan berjiwa besar dapat memberikan kekuatan tersendiri dalam menjalani kehidupan . sikap memaafkan membuat terbukanya cakrawala yang lebih luas dan tidak ada sekat-sekat psikologis yang menghambat interaksi dengan orang lain, bahkan mendorong untuk bersama-sama melakukan perbaikan.
e. Jujur
Salah satu dimensi kecerdasan spiritual terletak pada nilai kejujuran yang merupakan mahkota kepribadian orang-orang yang mulia. Kejujuran adalah komponen rohani yang memantulkan berbagai sikap terpuji (honorable, creditable, respectable, maqamam mahmuda) orang yang jujur yakni orang yang berani menyatakan sikap secara transparan, dari segala kepalsuan dan penipuan. Dalam hal ini jujur menurut Toto Tasmara di kelompokan dalam tiga macam :
1) Jujur pada diri sendiri Jujur pada diri sendiri mempunyai arti kesungguhan yang amat sangat untuk meningkatkan dan mengembangkan misi terhadap bentuk keadaannya orang jujur pada dirinya sendiri akan menampakkan dirinya yang sejati, apa adanya, lurus, bersih, otentik orang yang jujur tidak hanya sekadar mengungkapkan keberadaannya tetapi juga bertanggung jawab atas seluruh ucapan dan perbuatannya.
2) Jujur terhadap orang lain Jujur terhadap orang lain tidak hanya sekedar berkata dan berbuat benar, namun berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Dalam hal ini orang yang jujur terhadap orang lain memiliki sikap empati yang sangat kuat sehingga mampu merasakan dan memahami orang lain
3) Jujur terhadap Allah Jujur terhadap Allah yaitu berbuat dan memberikan segala-galanya atau beribadah hanya untuk Allah. Hal ini sebagaimana do’a iftitah seluruh umat islam menyatakan ikrarnya yaitu sesungguhnya shalat, pengorbanan hidup dan mati hanya diabdikan hanya kepada Allah. Orang jujur terhadap Allah mempunyai keyakinan bahwa hidupnya tidaklah sendirian karena Allah selalu melihat dan menyertai diri-Nya.