Pengertian dan bentuk Tamtsil Perumpamaan

Pengertian dan bentuk  Tamtsil Perumpamaan

           Kata Tamtsil dalam bahasa Arab adalah bentuk morfologis yang mengikuti (setimbang) dengan wazan (timbangan) dengan kata Tafi’it dan berasal dari akar kata Mats atau Mitsl yang berarti setara atau tandingan (Al-Buraikan, t.t, hlm. 29). 

           Dalam terminologi syariat Islam, tamtsil berarti: menyerupakan zat selain Allah dengan Allah SWT, baik dalam zat maupun sifat atau sebaliknya. Para pakar bahasa, pakar balaghah, berkenaan dengan Madah (Mim, tsa, lam) secara umum dalam matsala secara khusus. 
Pengertian dan bentuk  Tamtsil Perumpamaan

          Jelaslah sudah merujuk madah (mim, tsa, lam) kepada selain makna syiblu, sangat jauh dan nyata-nayata bahwa madah (mim, tsa, lam) dari ash syiblu (seperti, semisal, serupa). At-Matsala bagian dari rumpun bahasa yang diletakkan untuk musyabahah dan mumatsalah. Yang mana maknanya sebagaimana makna yang ditunjukkan al-Mitsal yaitu sesuatu yang semisal dengannya (as-Say al-Mumatsil bihi) (Fayyadh, 1995, hlm. 27-93). 

           Amstal adalah bentuk jamak dari matsala. Kata Matsala sama dengan syabaha, baik lafadz maupun maknanya. Jadi arti lughawi amstal adalah membuat permisalan, perumpamaan, dan bandingan. Khalil (1992, hlm. 400) menyebutkan makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta mempunyai pengaruh yang dalam terhadap dalam jiwa, baik berupa tasybih maupun perkataan bebas (lepas, bukan tasybih).  
       
         Ibnul Qayyim juga mendefinisikan amtsal Quran yaitu menyerupakan seseuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang konkret, atau mendekatkan salah satu dari dua yang konkret dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu sebagai yang lain. Sedangkan Abdurrahman an-Nahlawi (1989, hlm. 350) memberikan pengertian amtsal adalah sifat sesuatu yang dapat menjelaskan dan menyingkap hakikat sesuatu itu, atau apa yang dimaksud untuk dijelaskan, baik sifat maupun karakteristiknya. Kata amtsal dalam kamus Bahasa Indonesia (1991, hlm. 364) berarti mengibaratkan, mengumpamakan dan sebagainya. Mengibaratkan di kamus ini diterangkan bahwa mengatakan sesuatu dengan ibarat, perumpamaan, perbandingan, mengumpamakan, menyamakan, dan sebagainya atau perbandingan antara orang atau benda dan hal-hal yang lain dengan menggunakan kata bagai. 

Dari definisi amtsal di atas, maka makna amtsal dapat disederhanakan pengertiannya, yaitu mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkret untuk mencapai tujuan dan atau mengambil manfaat dari perumpamaan tersebut.  

Bentuk-bentuk Tamtsil 

         Dalam al-Quran banyak sekali perumpamaan untuk dipikirkan dan dipahami oleh manusia. Allah telah membuatkan macam-macam model perumpamaan supaya manusia dapat mengambil perumpamaan. Firman Allah: ”Dan sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam al-Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran” (Q.S. al-Zumar ayat 27).  
Ibrahim bin Muhammad bin Abdullah al-Buraikan mengklasifikasikan 
Tamtsil: 
  1. Pertama, Qiyas Tamtsil (analogi perumpamaan). Maksudnya menjadikan salah satu dari Allah sebagai Khalik atau makhluk secara dasar dan yang lain sebagai cabang. Kemudian menganalogikan yang satu dengan yang lain. Bentuk ini ada dua macam yaitu: a. Qiyas Kully (analogi total) yaitu menganalogikan zat dengan zat. Contoh mengatakan bahwa zat Allah sama dengan zat makhluk atau sebaliknya. b. Qiyas Juz’I (analogi parsial) yaitu menganalogikan sebagian sifat Allah dengan sifat makhluk atau sebaliknya.
  2. Kedua, qiyas syumul (analogi ketercakupan). Maksudnya memasukkan Khalik dan makhluk dalam satu kaidah umum di mana semua bagian menduduki posisi yang sama di dalamnya. Contoh: mengatakan bahwa semua yang maujud (ada) itu adalah bentuk atau semua yang mempunyai sifat adalah makhluk (al-Buraikan, tt, hlm. 29-30). Sedangkan Manna Khalil al-Qattan mengklasifikasikan amtsal dalam al- Quran menjadi tiga macam yaitu
    (1) amtsal musarrahah
    (2) amtsal kaminah, dan
    (3) amtsal mursalah.
    1) Amtsal Musarrahah Amtsal Musarrahah ialah amtsal yang di dalamnya dijelaskan dengan lafadz atau sesuatu yang menunjukkan tasybih/serupa. Amtsal seperti ini banyak ditentukan dalam al-Quran. Contoh: ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Q.S. al-Baqarah ayat 261). 

           Orang yang menafkahkan harta di jalan Allah akan dilipatgandakan oleh-Nya seperti berlipat   gandanya sebutir benih yang ditanam dan lalu tumbuh menjadi tujuh butir, pada tiap-tiap butir ada seratus biji. 

Dua model penggunaan amtsal musarrahah, yaitu: 

a) Mengumpamakan suatu hal yang abstrak dengan sesuatu yang lebih konkret. Contoh: “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak mengamalkannya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal. Amatlah buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim (Q.S. al-Jumuah ayat 5).  

             Dalam ayat ini Allah mengumpamakan orang-orang Yahudi yang telah diberi kitab Taurat, kemudian mereka membacanya tetapi tidak mengamalkan isinya dan tidak membenarkan kedatangan Nabi Muhammad SAW, dengan binatang Himar (keledai) yang membawa kitab-kitab tebal dalam hal kemubaziran dari pekerjaannya.  Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan merangsang bahwa kitab Taurat yang diturunkan oleh Allah kepada kaum Yahudi tidak bermanfaat sedikitpun jika tidak diamalkan dan tidak membenarkan terhadap kandungan isinya. 

             Perumpamaan ini ditujukan kepada kaum muslimin agar membenarkan al-Quran dan melaksanakan isinya, agar jangan menyerupai orang Yahudi yang tidak menerima isi Taurat dan tidak mengamalkannya. Yang tergolong amtsal seperti model di atas, antara lain terdapat dalam ayat-ayat berikut: - Ar-Rum ayat 28-32   - Al-Hasyr ayat 19-21 - An-Nuur ayat 32-46   - Al-Baqarah ayat 171 - Al-Baqarah ayat 17   - Al-A’raf ayat 175-177 - Ali Imran ayat 116-117   - Al-Hadiid ayat 20 - Yunus ayat 24    - Al-Hasyr ayat 16 - Ar-Ra’du ayat 35    - Yasin ayat 13-29 b) Membandingkan dua perumpamaan antara hal yang abstrak dengan dua hal yang lebih konkret. “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan-perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akar teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seiizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperkuat apa yang dikehendaki”. (Q.S. Ibrahim ayat 24-27).  

             Dalam empat ayat di atas, Allah mengumpamakan “kalimah thoyyibah” dengan pohon yang baik, pohon itu akarnya kokoh dan dahannya menjulang tinggi serta berbuah pada setiap musim. ”Kalimah thoyyibah itu dibandingkan agar nyata perbedaannya dengan ”kalimah khabitsah” yang seperti pohon yang buruk. Pohon itu telah dicabut dengan akar-akarnya dari tanah sehingga tidak dapat tegak lagi sedikitpun. Yang tergolong tamtsli seperti model di atas antara lain terdapat dalam ayat-ayat berikut: - Az- Zumar ayat 29   - Ar-Ra’du ayat 17 - At- Tahrim ayat 10-12  - Ibrahim ayat 24-27 - Muhammad ayat 1-3  - Al-Baqarah ayat 261-274 - Huud ayat 24 2) Amtsal Kamimah 

          Kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan secara jelas lafadz tamtsil (permisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah dan menarik dalam kepadatan redaksionalnya, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya, contoh: “Dan mereka yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah- tengah antara yang demikian”. (Q.S. al-Furqan ayat 67).  
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) terlalu mengulurkannya” (Q.S. al-Isra’ ayat 29).  

Kedua ayat al-Quran di atas merupakan contoh ayat amtsal kaminah karena sesuai dengan hadits Nabi, yaitu”sebaik-baik urusan adalah pertengahannya”. Yang tergolong amtsal kaminah seperti di atas, antara lain terdapat pula dalam ayat-ayat berikut: - Al-Baqarah ayat 68   - An-Nisa ayat 123 - Al-Baqarah ayat 260   - Al-Isra ayat 110 - Yusuf ayat 64    - Al-Isra ayat 29 - Al-Furqan ayat 67 3) Amtsal Mursalah Amtsal Mursalah ialah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai perumpamaan. Contoh: “Betapa banyak terjadi, golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan seizin Allah...(Q.S. Al-Baqarah ayat 249).  

          Yang diumpamakan golongan yang sedikit dalam ayat di atas adalah Thalut dan orang-orang yang beriman. Mereka lulus tatkala diuji menyeberangi sungai dan tidak meminum airnya. Sedangkan yang diumpamakan dengan golongan yang banyak adalah bala tentara Thalut yang tidak lulus tatkala diuji menyeberangi sungai karena meminum airnya, mereka berkata, “tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Yang tergolong Amtsal murslaah seperti di atas, antara lain terdapat dalam ayat-ayat berikut: - Yusuf ayat 51   - Faathir - Yusuf ayat 41   - An-Najm ayat 58 - Al-Isra ayat 48   - Huud ayat 81 - Al-Baqarah ayat 249  - Al-Muddatsir ayat 38 - Al An’am ayat 67  - Al-Mukminun ayat 53 - Ash-Shaaffat ayat 61  - Ar-Rahman ayat 60 - Al-Maidah ayat 249  - Al-Hasyr ayat 14