Strategi Pembelajaran
al-Qur’an Hadits di Sekolah
Mengingat belajar adalah proses
bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan
pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal
itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus
melibatkan siswa secara aktif, misalnya mengamati, bertanya dan mempertanyakan,
menjelaskan, dan sebagainya. Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya
partisipasi siswa. Terdapat berbagai cara untuk membuat proses pembelajaran
yang melibatkan keaktifan siswa dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi,
keterampilan, dan sikap akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri
siswa. Para siswa hendaknya lebih dikondisikan berada dalam suatu bentuk
pencarian daripada sebuah bentuk reaktif. Yakni, mereka mencari jawaban
terhadap pertanyaan baik yang dibuat oleh guru maupun yang ditentukan oleh
mereka sendiri. Semua ini dapat terjadi ketika siswa diatur sedemikian rupa
sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilakssiswaan sangat mendorong mereka
untuk berpikir, bekerja, dan merasa.
Strategi pembelajaran berikut ini
adalah di antara cara yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan
siswa. Guru diharapkan mengembangkan atau mencari strategi lain yang dipandang
lebih tepat. Sebab, pada dasarnya tidak ada strategi yang paling ideal.
Tiap-tiap strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. Hal ini sangat
bergantung pada tujuan yang hendak dicapai, pengguna strategi (guru),
ketersediaan fasilitas, dan kondisi siswa.
a. Strategi Pembelajaran untuk
Mengaktifkan Kelompok
Proses belajar akan
lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap siswa terlibat secara aktif
dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antara siswa satu dengan
siswa yang lain. Berikut ini, beberapa strategi pembelajaran dapat digunakan
guru untuk mengaktifkan siswa secara kolektif.
1. Tim Pendengar (listening
teami)
Strategi ini dimaksudkan untuk
mengaktifkan seluruh siswa dengan membagi siswa secara berkelompok dan
memberikan tugas yang berbeda kepada tiap-tiap kelompok tersebut. Strategi ini
dapat dibuat dengan prosedur sebagai berikut:
a) Siswa dibagi ke dalam empat
kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran dan tugas sendiri-sendiri. Kelompok 1
(sebagai kelompok penanya) bertugas membuat pertanyaan yang didasarkan pada
materi yang telah disampaikan oleh guru. Kelompok 2 (sebagai kelompok setuju)
bertugas menyatakan poin-poin mana yang disepakati dan menjelaskan alasannya.
Kelompok 3 (sebagai kelompok tidak setuju) bertugas mengomentari poin mana yang
tidak disetujui dan menjelaskan alasannya. Kelompok 4 (sebagai pembuat contoh)
bertugas membuat contoh atau aplikasi materi yang baru disampaikan oleh guru.
b) Guru menyampaikan materi pelajaran.
Setelah selesai, kelompok-kelompok tersebut diberi waktu untuk melakssiswaan
tugas sesuai dengan yang ditetapkan. Tugas guru hanya memberikan pengarahan
agar empat kelompok tersebut mengemukakan tugasnya dengan baik. Selain itu,
guru juga memberikan komentar jika ada pendapat kelompok yang menyimpang
terlalu jauh dari materi pelajaran.
2. Membuat Catatan Terbimbing (guided
note taking)
Dengan strategi ini guru
memberikan satu borang yang dipersiapkan untuk mendorong siswa mencatat selagi
guru mengajar. Prosedur dari strategi ini adalah sebagai berikut:
a. Guru mempersiapkan sebuah hand-out
yang menyimpulkan tentang poin penting dari materi pelajaran yang akan
disampaikan.
b. Sebagai ganti dari memberikan
teks yang lengkap, guru membuat bahan pelajaran singkat yang di dalamnya ada
bagian-bagian tertentu yang dikosongkan. Sebagai contoh: Dalam Islam ada dua
hal yang dijadikan sebagai sumber ajaran, yaitu …….. dan ……….. Sumber yang
pertama diturunkan oleh Allah pada tanggal ….. Ramadhan. Sumber kedua berupa
sunnah Nabi yang berupa perbuatan atau ………, perkataan atau ………., dan ketetapan
atau …………
3. Pembelajaran Terbimbing
Dalam strategi ini guru
menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pelajaran. Cara ini
merupakan modifikasi dari strategi ceramah secara langsung. Prosedur strategi
ini adalah:
a. Guru menentukan satu atau
sejumlah pertanyaan yang dapat membuka pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Guru dapat menggunakan pertanyaan yang mempunya beberapa alternatif jawaban.
b. Guru memberikan bahan materi
pelajaran kepada siswa, baik yang ditulis sendiri maupun melalui buku teks
tentang materi yang akan disampaikan ketika itu. Guru menyuruh siswa untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan melalui bahan tersebut.
c. Siswa menyampaikan hasil temuan
atau jawabannya dari pertanyaan yang diberikan.
4. Perdebatan Aktif (active
debate)
Suatu perdebatan dapat menjadi
sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi, khususnya
jika para siswa diharapkan mengambil posisi yang bertentangan dengan
pendapatnya. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara
aktif melibatkan setiap siswa dalam kelas—bukan hanya orang-orang yang
berdebat. Prosedur dari strategi ini adalah:
a. Guru mengembangkan suatu
pernyataan yang berkaitan dengan sebuah isu kontroversial yang berkaitan dengan
mata pelajaran, misalnya “orang Islam
sekarang lebih banyak memanfaatkan bank konvensional ketimbang bank syari’ah,”
atau “banyak di kalangan pelajar yang sudah menjadi pecandu narkoba.”
b. Guru membagi kelas menjadi dua
kelompok debat. Guru memberikan tugas (secara acak) pada posisi “pro” pada satu
kelompok dan posisi “kontra” pada kelompok yang lain.
c. Selanjutnya, guru membuat dua
atau empat sub-kelompok-sub-kelompok di dalam masing-masing kelompok debat itu.
Dalam sebuah kelas dengan 24 siswa, misalnya, mungkin dapat dibuat tiga
kelompok pro dan tiga kelompok kontra, masing-masing berisi empat anggota. Guru
meminta kepada tiap-tiap sub-kelompok untuk mengembangkan argumen-argumen untuk
posisi yang ditentukannya, atau guru memberikan sebuah daftar argumen yang
lengkap yang mungkin diskusikan dan dipilih oleh kelompok. Pada akhir diskusi
mereka, setiap sub-kelompok tersebut memilih seorang juru bicara.
d. Guru mengatur dua sampai empat
kursi (tergantung pada jumlah sub-sub kelompok yang dibuat untuk tiap
sisi/bagian) untuk para juru bicara kelompok pro dan, menghadap mereka, jumlah
kursi yang sama untuk para juru bicara kelompok kontra. Guru menempatkan siswa
yang lain di belakang team debat mereka. Untuk contoh awal, susunan akan nampak
seperti ini:
X
X
X X
X pro
kontra X
X
X
X
X
e. Guru dapat menyuruh siswa untuk
memulai “perdebatan” dengan meminta para juru bicara itu menyampaikan
pandangan-pandangan mereka.
f. Setelah setiap orang telah
mendengar argumen-argumen pembuka, guru dapat menghentikan perdebatan itu dan
menggabung kembali sub-sub kelompok semula. Guru meminta sub-sub kelompok itu
untuk membuat strategi bagaimana mengkounter argumen-argumen pembuka tersebut
dari sisi yang berlawanan. Selain itu, guru menyuruh masing-masing sub-kelompok
untuk memilih seorang juru bicara, lebih baik orang yang baru.
g. Guru menyuruh siswa untuk memulai
“perdebatan” itu. Guru menyuruh juru-juru bicara itu, ditempatkan berhadapan
satu sama lain, untuk memberikan “kounter argumen”. Ketika perdebatan berlanjut
(pastikan untuk menukar antara dua sisi tersebut), guru mendorong siswa lainnya
untuk mencatat juru-juru debat mereka dengan berbagai argumen atau bantahan
yang disarankan. Selain itu, guru mendorong mereka untuk menyambut dengan
applaus terhadap argumen-argumen dari para wakil team debat mereka.
h. Ketika guru menganggap bahwa
diskusi sudah cukup, perdebatan tersebut dapat diakhiri. Guru kemudian
memberikan ulasan tentang materi yang diperdebatkan tersebut.
5. Strategi Poin-Kounterpoin
Kegiatan ini merupakan sebuah
teknik untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam
tentang berbagai isu kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan
namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat. Prosedur strategi ini
sebagai berikut:
a. Guru memilih sebuah masalah yang
mempunyai dua sisi atau lebih, misalnya tentang gejala pernikahan dini di
masyarakat. Guru dapat mengarahkan siswa agar mencari faktor penyebab yang
memunculkan fenomena ini.
b. Guru membagi kelas ke dalam
kelompok-kelompok menurut jumlah posisi yang telah ditetapkan, dan guru meminta
tiap kelompok untuk mengungkapkan argumennya untuk mendukung bidangnya. Guru
dapat mendorong siswa bekerja dengan patner tempat duduk atau kelompok-kelompok
inti yang kecil.
c. Gabungkan kembali seluruh kelas,
tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama dengan
jarak antara sub-sub kelompok itu. Perdebatan kemudian dimulai.
d. Setelah perdebatan selesai, guru
memberikan komentar tentang materi yang diperdebatkan.
6. Strategi menggabung dua kekuatan
(the power of two)
Kegiatan ini dilakukan untuk
meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari
sinergi itu, sebab dua kepala [orang] tentu lebih baik daripada satu. Prosedur
strategi ini sebagai berikut:
a. Guru memberi siswa satu atau
lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran. Sebagai contoh :
mengapa puasa dapat menyehatkan tubuh? Bagaimana cara berwudlu yang baik dan
benar? Mengapa orang fakir dan miskin perlu disantuni?
b. Guru meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan sendiri-sendiri.
c. Setelah semua melengkapi
jawabannya, guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya
dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
d. Guru memintal pasangan tersebut
untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
e. Ketika semua pasangan selesai
menulis jawaban baru, guru membandingkan jawaban dari tiap-tiap pasangan ke
pasangan yang lain.
7. Pertanyaan Kelompok (team quiz)
Teknik tim ini dapat meningkatkan
kemampuan tanggung jawab siswa tentang apa yang mereka pelajari melalui cara
yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Prosedur strategi ini adalah sebagai
berikut:
a. Guru memilih topik yang dapat
dipresentasikan dalam tiga bagian, misalnya tentang pernikahan dan perceraian
dalam Islam.
b. Guru membagi siswa menjadi tiga
kelompok
c. Guru menjelaskan bentuk sesinya
dan memulai presentasi. Guru membatasi presentasi sampai 10 menit atau kurang.
d. Guru meminta tim A menyiapkan
quiz yang berjawaban singkat. Quiz ini tidak memakan waktu lebih dari lima
menit untuk persiapan. Tim B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau lagi
catatan mereka.
e. Tim A menguji anggota tim B.
Jika Tim B tidak bisa menjawab, Tim C
diberi kesempatan untuk menjawabnya.
f. Tim A melanjutkan ke pertanyaan
selanjutnya kepada anggota Tim C, dan mengulangi proses yang sama.
g. Ketika quiz selesai, guru
melanjutkan pada bagian kedua pelajaran, dan menunjuk Tim B sebagaai pemimpin
quiz.
h. Setelah Tim B menyelesaikan ujian
tersebut, guru melanjutkan pada bagian ketiga dan menentukan tim C sebagai
pemimpin quiz.
b.
Strategi Pembelajaran untuk Mengaktifkan Individu
1. Strategi membaca dengan keras (reading
aloud)
Membaca suatu teks dengan keras
dapat membantu siswa memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi tersebut mempunyai efek
pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif. Prosedur
dari strategi ini adalah sebagai berikut:
a. Guru memilih sebuah teks yang
cukup menarik untuk dibaca dengan keras, misalnya tentang manasik haji. Guru
hendaknya membatasi dengan suatu pilihan teks yang kurang dari 500 kata.
b. Guru menjelaskan teks itu pada
siswa secara singkat. Guru memperjelas poin-poin kunci atau masalah-masalah
pokok yang dapat diangkat.
c. Guru membagi bacaan teks itu
dengan alinea-alinea atau beberapa cara lainnya. Guru menyuruh
sukarelawan-sukarelawan untuk membaca keras bagian-bagian yang berbeda.
d. Ketika bacaan-bacaan tersebut
berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-poin
tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan
contoh-contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika para siswa
menunjukkan minat dalam bagian tertentu. Kemudian guru melanjutkan dengan
menguji apa yang ada dalam teks tersebut.
2. Setiap Orang adalah Guru (Everyone
is a teacher here).
Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi
kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan
kesempatan pada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang “pengajar”
terhadap siswa lain.
Prosedur dari strategi ini adalah:
a.
Guru membagikan kartu indeks kepada setiap siswa. Guru
meminta para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang
materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang
akan mereka diskusikan di kelas. Misalnya ketika materi pelajaran tentang
zakat, maka mereka membuat pertanyaan yang berkaitan dengan zakat.
b.
Guru mengumpulkan kartu, mengocok dan membagikan satu
pada setiap siswa. Guru meminta siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik
pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
c.
Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan
keras kartu yang mereka dapat dan memberi respon.
d.
Setelah diberi respon, guru meminta pada yang lain di
dalam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang oleh sukarelawan
tersebut.
e.
Guru melanjutkan proses itu selama masih ada
sukarelawan.
3. Menulis Pengalaman secara
Langsung (writing in the here and now)
Menulis dapat membantu siswa
merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami. Prosedur dari
strategi ini adalah:
a. Guru memilih jenis pengalaman
yang diinginkan untuk ditulis oleh siswa. Ia bisa berupa peristiwa masa lampau atau yang akan datang.
Diantara contoh yang dapat diangkat adalah memandikan jenazah, melakukan ibadah
haji, atau sahur pada bulan Ramadhan.
b. Guru menginformasikan kepada
siswa tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif.
Guru memberitahu mereka bahwa cara yang berharga untuk merefleksikan pengalaman
adalah mengenangkan atau mengalaminya untuk pertama kali di sini dan saat
sekarang. Dengan demikian tindakan itu menjadikan pengaruh lebih jelas dan
lebih dramatik dari pada menulis tentang sesuatu di “sana dan kemudian” atau di
masa depan yang jauh.
c. Guru memerintahkan siswa untuk
menulis, saat sekarang, tentang pengalaman yang telah dipilih. Perintahkan
mereka untuk memulai awal pengalaman dan menulis apa yang sedang mereka dan
lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh siswa untuk menulis sebanyak mungkin
yang mereka inginkan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dan perasaan-perasaan
yang dihasilaknnya.
d. Guru memberikan waktu yang cukup
untuk menulis. Siswa seharusnya tidak merasa terburu-buru. Ketika mereka
selesi, guru mengajak mereka untuk membacakan tentang refleksinya.
e. Guru mendiskusikan hasil
pengalaman siswa tersebut bersama-sama.