Pengertian Pembelajaran al- Qur’an
Pembelajaran berasal dari kata
“belajar” yang mendapat awalan pe dan akhiran an. Keduanya (pe-an) termasuk
konfiks nominal yang bertalian dengan perfiks verbal “me” yang mempunyai arti
proses.[1] Dengan pendidikan Al Qur’an juga memberikan
landasan untuk mengerjakan ibadah dan ajaran Islam, serta mempertebal rasa
keimanan seorang muslim. Dalam Al Qur’an surat Al Qiyamah ayat 16-18,
disebutkan :
لاتحرك به لسا نك لتعجل به () إن
علينا جمعه، وقرءانه،() فإذا قرأنه فاتبع قرءانه،()
Artinya :
“Janganlah
kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an kamu hendak cepat-cepat
(menguasainya). Sesungguhnya atas tanggungan kamulah meng[2]umpulkannya
(di dadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya.” {Q.S : Al-Qiyamah ayat 16-18}
Menurut Arifin, belajar adalah suatu kegiatan anak
didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang
disajikan oleh pengajar yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan
pelajaran yang disajikan itu.[3]
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman, maka keberhasilan belajar terletak pada adanya
perubahan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan adanya ciri-ciri belajar,
yakni:
1.
Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan
pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.
2.
Perubahan tersebut pada pokoknya berupa perubahan
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
3.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.[4]
Hamalik, pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsure-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.[5]
Muhaimin dkk, pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.[6]
Sedangkan menurut Suyudi, pembelajaran adalah salah satu proses untuk
memperoleh pengetahuan, sedangkan pengetahuan adalah salah satu cara untuk
memperoleh kebenaran/nilai, sementara kebenaran adalah pernyataan tanpa
keragu-raguan yang dimulai dengan adanya sikap keraguan terlebih dahulu.[7] Pertama kali Allah menurunkan surat Al Alaq
yang menyerukan kepada manusia untuk selalu membaca. Membaca merupakan cara
yang paling efektif untuk bisa meningkatkan pengetahuan dan pengalaman. Objek
yang dibaca bisa berupa apa saja baik objek alam (kaun), maupun tulisan. Semua
objek tersebut akan memanifestasikan kebesaran Allah SWT.
قل أعوذ برب الفلق {
} من شر ما خلق { } ومن شر غا سق اذاوقب
{ } ومن شرالنفثت فى العقد { }
ومنشر حا سداذا حسد { }
Perintah membaca ini sesuai dengan fitrah manusia yang selalu ingin tahu.
Keinginan manusia itu akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usia
serta strata sosial yang mempengaruhinya. Pada usia anak-anak sudah barang
tentu tidak akan sama, keingintahuan mereka dalam usia remaja juga dewasa,
begitu juga dalam hal pemenuhan kebutuhan psikis (Pendidikan).
Sedangakan mengenai pengertian Al-Qur’anpenulis
mengutip pendapat Quraisy Shihab, bahwa Al-Qur’anbiasa didefinisikan sebagai
“firman-firman Allah yang disampaikan oleh Malikat Jibril AS. sesuai redaksinya
kepada nabi Muhammad SAW. dan diterima oleh umat secara tawatur”.[8] Dan
mengenai pengertian Al-Qur’anmenurut para ahli akan dibahas dalam bab
tersendiri.
Jadi dari ketiga pengertian istilah tersebut diatas,
maka yang dimaksud dengan strategi pembelajaran Al-Qur’anadalah langkah-langkah
yang tersusun secara terencana dan sistematis dengan menggunakan teknik dan
metode tertentu dalam proses pembelajaran Al-Qur’anuntuk mencapai tujuan yang
diinginkan
[1]
DEPDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka,
2000), Hal 664.
[2] DEPAG,
Al-Qur’an dan Terjemahannya Yayasan Penerjemah, Jakarta, 1989.
[3] M.
Arifin. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Sekolah Dengan di Rumah
Tangga, Jakarta, Bulan Bintang, 1976), Hal 172.
[4]
Muhaimin. Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya, Citra Media Karya Anak
Bangsa, !996), Hal. 44.
[5] Oemar
Hamalik, Kurikulum dan Pembelajara, (Jakarta, Bumi Aksara, 2003), Hal.
57.
[6] Muhaimin
dkk. op.cit hal 99.
[7] Dalam
pembahasan ini Katsoff menggunakan istilah metode perolehan pengetahuan,
sedangkan Jujun S. Sumantri menggunakan istilah sumber-sumber pengetahuan.
(dalam Suyudi. Pendidikan Dalam Perspektif Al-qur’an ( Yogyakarta,
Mikroj, 2005), Hal. 122.
[8] M.
Quraish Shihab, Mukjizat Al-qur’an, (Bandung, Mizan 2003), Hal. 43.