Metode Pembelajaran Al-Qur’an di TPQ
Dalam proses
pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian
tujuan pembelajaran. Secara umum, menurut Husni Syekh Ustman, terdapat 3 (tiga)
asas pokok yang harus diperhatikan guru dalam rangka mengajar bidang studi
apapun, yaitu:
a. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang
telah dikenal santri hingga kepada hal-hal tidak diketahui sama sekali.
b. Pembelajaran dimulai dari hal yang
termudah hingga hal yang tersulit,
c. Pembelajaran dimulai dari yang sederhana
dan ringkas hingga hal-hal yang terperinci.[1]
Adapun metode
pembelajaran Al-Qur’anitu banyak sekali macamnya, antara lain sebagai berikut:
- Metode
Jibril
Pada dasarnya,
terminologi (istilah) metode jibril yang digunakan sebagai nama dari
pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di PIQ Singosari Malang, adalah dilatar
belakangi perintah Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan
Al-Qur’an yang telah diwahyukan oleh Malikat Jibril, sebagai penyampai wahyu.
Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam taufiqurrohman), sebagai pencetus metode
jibril, bahwa teknik dasar metode jibril bermula dengan membaca satu ayat atau
waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang-orang yang mengaji. Guru membaca satu
dua kali lagi yang kemudian ditirukan oleh orang-orang yang mengaji. Kemudian
guru membaca ayat atau lanjutan ayat berikutnya, dan ditirukan oleh semua yang
hadir. Begitulah seterusnya sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan
pas.[2]
Di dalam metode
jibril sendiri terdapat dua (2) tahap, yaitu tahqiq dan tartil.
1. Tahap tahqiq adalah pembelajaran membaca
alqur’an dengan pelan dan mendasar. Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf
dan suara, hingga kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi
(pengucapan) terhadap sebuah huruf secara tepat dan benar sesuai dengan makhroj
dan sifat-sifat huruf.
2. Tahap tartil adalah tahap pembelajaran
membaca Al-Qur’andengan durasi sedang bahkan cepat sesuai dengan irama lagu.
Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang
dibacakan guru, lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Di samping
pendalaman artikulasi dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek hukum-hukum
ilmu tajwid seperti: bacaan mad, waqaf dan ibtida’, hukum nun mati dan tanwin,
hukum mim mati dan sebagainnya.
Dengan adanya 2
tahap (tahqiq dan tartil) tersebut maka metode jibril dapat dikategorikan
sebagai metode konvergensi (gabungan) dari metode sintesis (tarkibiyah) dan
metode analisis (tahliliyah). Artinya, metode jibril bersifat komprehensif
karena mampu mengakomodir kedua macam metode membaca. Karena itu metode jibril
bersifat fleksibel, dimana metode jibril dapat diterapkan sesuai dengan kondisi
dan situasi, sehingga mempermudah guru dalam menghadapi problematika
pembelajaran Al-Qur’an[3]
- Metode
Al-Baghdadi
Metode Al-Baghdady
adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang
tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita
kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode
yang paling lama muncul dan digunakan masyarakat Indonesia bahkan metode ini
juga merupakan metode yang pertama berkembang di Indonesia. Buku metode
Al-Baghdady ini hanya terdiri dari satu jilid dan biasa dikenal dengan sebutan Al-Qur’an
kecil atau Turutan. Hanya sayangnya belum ada seorangpun yang mampu
mengungkap sejarah penemuan, perkembangan dan metode pembelajaranya sampai saat
ini.
Cara pembelajaran
metode ini dimulai dengan mengajarkan huruf hijaiyah, mulai dari alif
sampai ya’. Dan pembelajaran tersebut diakhiri dengan membaca juz
‘Amma. Dari sinilah kemudian santri atau anak didik boleh melanjutkan
ketingkat yang lebih tinggi yaitu pembelajaran Al-Qur’an besar atau Qaidah
Baghdadiyah.
- Metode
Iqra’
Metode Iqra’
adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan
membaca. Adapun buku panduan Iqra’ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat
yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode Iqra’
disusun Oleh Ustad As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab iqra’ dari
keenam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang do’a-do’a.
Buku metode Iqra’ ada yang tercetak dalam setiap jilid dan ada yang tercetak
dalam enam jilid sekaligus. Dimana dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajaranya
dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajarkan
Al-Qur’an
Metode Iqra’ ini
termasuk salah satu metode yang cukup dikenal di kalangan masyarakat karena
proses penyebarannya melalui banyak jalan, seperti melalui jalur (DEPAG) atau
melalui cabang-cabang yang menjadi pusat Iqra’.
Adapun metode ini
dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-nacam, karena hanya
ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur’an dengan fasih). Dalam metode
ini sistem CBSA (Cara Belajar Santri Aktif).[4]
1) Prinsip dasar metode Iqra’ terdiri dari
beberapa tingkatan pengenalan.
a) Tariqat Asantiyah (penguasaan atau
pengenalan bunyi)
b) Tariqat Atadrij (pengenalan dari mudah
kepada yang sulit)
c)Tariqat muqaranah (pengenalan perbedaan
bunyi pada huruf yang hampir memiliki makhraj sama).
d) Tariqat Lathifathul Athfal (pengenalan
melalui latihan-latihan)
2) Sifat metode iqra’
Bacaan langsung tanpa di eja. Artinya
tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan lebih bersifat individual.[5]
- Metode
An-Nahdliyah
Metode
An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an yang muncul di daerah
Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh sebuah lembaga pendidikan
Ma’arif Cabang Tulungagung. Karena metode ini merupakan metode pengembangan
dari metode Al-Baghdady maka materi pembelajaran Al-Qur’an tidak jauh berbeda
dengan metode Qiro’ati dan Iqra’. Dan yang perlu diketahui bahwa pembelajaran
metode An-Nahdliyah ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan
dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur’an pada metode ini lebih
menekankan pada kode “ketukan”.
Dalam pelaksanaan
metode ini mempunyai dua program yang harus diselesaikan oleh para santri,
yaitu :
a. Program buku paket, yaitu program awal sebagai dasar
pembekalan untuk mengenal dan memahami serta memperaktekkan membaca Al-Qur’an
Program ini dipandu dengan buku paket “cepat tanggap belajar Al- Qur’an Hadits”
b. Program sorogan Al- Qur’an Hadits, yaitu program lanjutan sebagai
aplikasi praktis untuk menghantarkan santri mampu membaca Al-Qur’an sampai
khatam.
Metode ini memang
pada awalnya kurang dikenal dikalangan masyarakat karena buku paketnya tidak
dijual bebas dan bagi yang ingin menggunakannya atau ingin menjadi guru atau
ustad-ustadzah pada metode ini harus sudah mengikuti penataran calon ustadz
metode An-Nahdliyah.[6]
Dalam program
sorogan Al-Qur’an ini santri, akan diajarkan bagaimana cara-cara membaca
Al-Qur’an yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca Al-Qur’an Dimana
santri langsung praktek membaca Al-Qur’an besar. Disini santri akan
diperkenalkan beberapa sistem bacaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tartil, yaitu membaca Al-Qur’andengan pelan dan jelas
sekiranya mampu diikuti oleh orang yang menulis bersamaan dengan yang membaca.
b. Tahqiq, yaitu membaca Al-Qur’andengan
menjaga agar bacaannya sampai pada hakikat bacaannya. Sehingga makharijul
huruf, sifatul huruf dan ahkamul huruf benar-benar tampak dengan
jelas. Adapun tujuannya adalah untuk menegakkan bacaan Al-Qur’ansampai
sebenarnya tartil. Jadi dapat dikatakan bahwa setiap tahqiq mesti
tartil, tetapi bacaan tartil belum tentu tahqiq.
c. Taghanni, yaitu sistem bacaan dalam
membaca Al-Qur’anyang dilagukan dan memberi irama.[7]
- Metode
Al-Barqi
Metode Al-Barqi
atau metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) menurut Mukhtar adalah sebagai
berikut[8]:
1) Pengenalan dan pengamatan secara
keseluruhan (struktur) secara sepintas maksudnya yaitu melihat atau pengenalan
dan pengamatan secara umum.
2) Pengenalan dan pengamatan lebih jauh
(Analitik) sampai bagian-bagian tertentu, maksudnya yaitu melihat dan
menganalisis bagian-bagian yang terdapat dalam struktur kalimat.
Pengenalan secara
mendalam (sintetik) sehingga dapat memahami maksudnya yaitu mengenal fungsi dan
kegunaan akan bagian-bagian itu dalam hubungan struktural sehingga dapat
merangkai, memasang dan menyatukan kembali seperti semula.
- Metode
Qiro’ati
Metode Qiro’ati
adalah suatu metode membaca Al-Qur’anyang langsung memperaktekkan bacaan tartil
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Adapun dalam pembelajaranya metode Qiroaty,
guru tidak perlu memberi tuntunan membaca, namun langsung saja dengan bacaan
yang pendek, dan pada prinsipnya pembelajaran Qiroati adalah:
1) prinsip yang dipegang guru adalah
Ti-Wa-Gas (Teliti, Waspada dan Tegas).
2) Teliti dalam memberikan atau membacakan
contoh
3) Waspada dalam menyimak bacaan santri
4) Tegas dan tidak boleh ragu-ragu, segan atau berhati-hati,
pendek kata, guru harus bisa mengkoordinasi antara mata, telinga, lisan dan
hati.
5) Dalam pembelajaran santri menggunakan
sistem Cara Belajar Santri Aktif (CBSA) atau Lancar, Cepat dan Benar (LCTB).[9]
- Metode
Nurul Hikmah
Metode Nurul
Hikmah merupakan pengembangan dari metode An-Nur yang ditemukan pertama
kali oleh Ust.Drs. Rosyadi, .Kemudian , pada tahun 1998 di mulai
pengembangannya di Malaysia. Mula-mula hanya berupa tulisan sebanyak tiga
lembar kertas folio. Berkat masukan dari Ust. Ajid Muhsin dan Ust. Benny
Djayadi ditambah dari hasil pengalaman di lapangan, akhirnya berhasil
menuliskannya kedalam sebuah buku setebal 50 halaman. (kini diterbitkan dan
dipergunakan di Malaysia).
Di Malaysia, cara
belajar Al-Qur’an ini di namakan metode Nurul Hikmah karena dua alasan: pertama,
disana sudah ada metode belajar Al-Qur’an dengan nama An-Nur. Kedua,
disana telah dibuat beberapa modifikasi, sehingga tidak lagi seratus persen
sama dengan metode asal.
Berkat bantuan
Datok dari. Ma’amor Osman, Sekjen lembaga konsumen Malaysia, dan di perkenalkan
kepada Datok Hasyim Yahya, Mufti wilayah persekutuan Kuala Lumpur. Selanjutnya
diijinkan untuk mengajar metode ini kepada beberapa orang muallaf yang
berasal dari Philipina, Thailand, Cina, dan India di pusat pembinaan mu’allaf,
JAWI (Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan).
Di dalam metode
ini mempunyai tiga langkah dalam belajar Al-Qur’an antara lain sebagai berikut:
(1) Mengenal huruf hijaiyah; (2). Membaca Kalimah; (3) Bacaan Al-Qur’an[10]