Macam Metode Pendidikan Akhlak
Menurut beberapa tokoh pendidikan, secara garis besar ada beberapa pola atau metode pendidikan yang dapat digunakan oleh setiap pendidik dalam mendidik akhlak peserta didik, yaitu:
Menurut Syahidin, metode keteladanan yaitu suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik di dalam ucapan maupun perbuatan.
Anak-anak khususnya pada usia dini suka meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. dilakukan orang tua atau guru disadari atau tidak, akan ditiru dan diikuti oleh anak. Oleh karena itu keteladanan dalam pendidikan khususnya pendidikan akhlak merupakan metode yang paling berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial
anak.
Metode keteladanan ini merupakan salah satu teknik pendidikan yang paling efektif dan sukses. Dalam Islam, Allah telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik bagi kehidupan
manusia. Hal ini telah Allah tegaskan dalam firmannya yang Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab: 21)68
Dengan demikian, pola pendidikan dengan keteladanan pastinya juga sangat efektif dalam pendidikan anak karena orang tua dan guru secara langsung akan menjadi suri tauladan bagi anak-anak.
b. Metode pembiasaan
Menurut Ahmad Tafsir, metode pembiasan ialah teknik pembelajaran kepada peserta didik dengan dikerjakan secara berulang- ulang dan terus menerus. Sedangkan Zakiah Daradjat mengatakan:
"Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu, dan menjauhi sifat-sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah yang membuat dia cenderung mengarah melakukan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik."
Pembiasaan akan memberikan manfaat yang mendalam bagi peserta didik. Anak akan lebih terbiasa berperilaku dengan nila-nilai akhlak karena pembiasaan berperan sebagai efek latihan terus
menerus.
Metode pembiasaan ini sudah Rasulullah terapkan dalamlakukan dengan membiasakan dasar-dasar tata krama pada anak-anak, seperti etika makan dan minum. Beliau juga membiasakan anak-anak melaksanakan kewajiban shalat, sejak usia tujuh tahun agar di usia dewasa kelak, anak-anak mudah melaksanakannya. Hal ini diperkuat oleh hadits Rasulullah yang berbunyi:
َ ﺎﺣَ ﻧَﺮَ ﺒْﺧَ اٍﺮْﺠُﺣ ُﻦْ ﻰﱡ ﺑ ِ ﻠَﺎﻋَ ﻨَﺪﱠﺛَﺣ ﻰﱢِ ﻨَ ﮭُﺠْاﻟَ ةَﺮْ ﺒَﺳ ِﻦْ ﺑ ِﻊْ ﯿِاﻟﺮﱠﺑ ِﻦْ ﺑِﺰْ ﯾِﺰَ ﻌْاﻟِ ﺪْ ﺒَﻋ ُﻦْ ﺑُ ﺔَ ﻠَ ﻣْﺮ َ لَﻗﺎ ِﺪﱢهَﺟ ْﻦَﻋ ِ ﮫْ ﯿِ ﺑَ ا ْﻦَﻋ َ ةَﺮْ ﺒَﺳ ِﻦْ ﺑ ِﻊْ ﯿِاﻟﺮﱠﺑ ِﻦْ ﺑ ِﻚِ ﻠَ ﻤْاﻟِ ﺪْ َ : ﺒَﻋ ِﻤﱢﮫَﻋ ْﻦَﻋ لَﻗﺎ َ ﱠﻠﻢَﺳَ و ِ ﮫْ ﯿَ ﻠَ ﻋ ُ ﻰ اﷲ َ َ : ﻠَ ﺻ ِ اﷲ ُﻮلُﺳَر ﻦْ اﺑ َ ِ ةَ ﻰﱠ اﻟﺼﱠﻼ ِﻮااﻟﺼﱠﺒُﻠﱢﻤَﻋ ﻊْ ﺒَﺳ َ ةَﺮْﺸَﻋ َﻦْﺎاﺑَ ﮭْ ﯿَ ﻠَﻋ ُﻮهُ ﺑِﺮْاﺿَو،َﻦْ ﯿِ ﻨ) .اﻟﺘﺮﻣﺬي ِﺳ رواه (
Artinya: “Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Harmah bin Abdul Aziz bin ar-Rabi’ bin Sabrah al-Juhani memberitahukan kepada kami dari pamannya yaitu Abdul Malik bin ar-Rabi’ bin Sabrah dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rasulullah saw bersabda”: “Ajarkanlah anak kecil melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah dia karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun.” (HR. at-Turmudzi)
Bertolak dari penjelasan di atas, ada permasalahan yang perlu diperhatikan mengenai penerapan metode ini. Pada dasarnya pembiasaan itu mempunyai pengaruh terhadap pendidikan pada tahap permulaan (pertumbuhan awal); akan tetapi, bisa jadi pembiasaan itu membahayakan apabila hanya sekedar pembiasaan saja. Menurut konsep pendidikan ideal, pembiasaan tanpa diiringi oleh pengetahuan yang cukup merupakan suatu kesalahan yang fatal, yakni pendidikan yang seharusnya berjalan efektif akan menjadi inefektif.
Untuk itu, pembiasaan harus diikuti dengan pencerahan (pengetahuan) yang akan mengokohkan iman dan akhlak atas dasar pengetahuan. Di samping itu, pembiasaan juga harus memproyeksikan terbentuknya mental dan akhlak yang lemah lembut untuk mencapai nilai-nilai akhlak. Di sinilah letak penting metode pembiasaan dalam pendidikan.
c. Metode memberi nasihat
Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan akhlak pada anak, maka kata-kata yang bagus (nasehat) hendaknya selalu diperdengarkan di telinga mereka. Sehingga apa yang didengarnya tersebut masuk dalam hati yang selanjutnya tergerak untuk mengamalkannya. Menurut
Abdurrahman an-Nahlawi:
Nasihat ialah sajian bahasan tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak orang yang diberi nasihat untuk menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya ke jalan yang bahagia dan berfaedah baginya. Pemberian nasihat dan peringatan hendaknya dengan cara yang mampu menyentuh kalbu serta mampu menggugah peserta didik untuk mengamalkannya.Metode pembiasaan dalam Islam juga telah Allah tegaskan dengan jelas dalam firman-Nya:
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. al-Luqman: 13)75
Berdasarkan pendapat dan ayat di atas, jelaslah bahwa dalam melaksanakan pendidikan dapat menggunakan pemberian nasihat. Hendaknya nasihat tersebut disampaikan dengan kata-kata lembut, disertai dengan cerita atau perumpamaan.
d. Metode cerita (dongeng)
Metode cerita atau dongeng merupakan metode pembelajaran dengan cara komunikasi yang bersifat universal dan sangat berpengaruh terhadap kejiwaan anak. Cerita atau dongeng merupakan metode yang sangat baik untuk peserta didik khususnya peserta didik usia
prasekolah. Lebih lanjut, Nanik mengatakan bahwa:
"Metode cerita atau dongeng memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam dunia pendidikan. Secara tidak langsung, mendongeng merupakan suatu kesempatan yang baik untuk mengajarkan sesuatu kepada anak. Dongeng akan membuat peserta didik mengerti hal-hal yang baik dan buruk. Melalui dongeng juga bisa mengajarkan anak untuk mengenali buku-buku dan menimbulkan minat baca pada mereka. Selain itu, dongeng juga bermanfaat untuk memperkuat daya imajinasi dan mempertajam daya kreatif peserta didik."
Cerita yang berkesan memang selalu menarik perhatian manusia. Itulah sebabnya, dalam mengemban tugas dakwah, Allah memerintahkan Rasulullah untuk bercerita agar mampu membuka hati
manusia. Perintah ini cukup jelas tertuang dalam firman Allah
e. Metode perhatian/pengawasan
Pendidikan yang disertai dengan pengawasan yaitu pendidikan dengan cara mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, mengawasinya dalam mempersiapkannya secara psikis serta
senantiasa menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya, baik dari jasmani maupun rohani.
Dengan kata lain, pendidikan dengan pengawasan dan perhatian tidak hanya terbatas pada satu pembentukan saja, tetapi juga mencakup berbagai segi yaitu keimanan, intelektual, moral, fisik, psikis, dan sosial kemasyarakatan. Perlu diingat, dalam memberikan perhatian dan pengawasan hendaknya dengan tata cara yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa terkekang dan sebagainya.