Faktor Kecerdasan Spiritual Berkaitan Dg Amaliah

 Faktor yang Berkaitan dengan Amaliah.

a. Berjihad dengan Al-Qur'an 
Pelaksanaan jihad dengan Al-Qur'an akan berlangsung apabila terlebih dahulu membaca sampai dengan mencari makna yang sebenarnya, lalu memiliki cita-cita yang didorong oleh nilai keimanan dan ketakwaan dalam mewujudkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai keutamaan membaca Al-Qur'an dengan penuh konsentrasi, ikhlas dan perhatian yang sempurna kepada Allah, sehingga menimbulkan ketenteraman jiwa. Jadi, Al-Qur'an menghilangkan penyakit-penyakit yang menimbulkan keinginan- keinginan destruktif sehingga menjadi sehat dan pada gilirannya keinginannya pun jadi sehat dan kembali pada fitrah aslinya sebagaimana halnya badan kembali pada kondisi normal.
Dari Iman dan Al-Qur'an, hati mendapat nutrisi yang berisi hal yang membuatnya suci dan kuat sebagaimana halnya badan memakan sesuatu yang membuatnya berkembang dan kuat.

Faktor Kecerdasan Spiritual Berkaitan Dg Amaliah
 b. Mendirikan Shalat
  Shalat bukan saja merupakan dzikrullahi akbar, tetapi juga sebuah sistem yang membuat siapa saja yang telah melakukannya secara konsisten dan hakiki, mampu meraih sebuah kekuatan ke dalam untuk membentengi pengaruh-pengaruh negatif yang mendorong kekejian dan kemungkaran. Dalam shalat terjadi hubungan rohani atau spiritual antara manusia dengan Allah. Dalam aksi spiritualisasi Islam, shalat dipandang sebagai munajat (berdoa dalam hati dengan khusyu’) kepada Allah. Orang yang sedang shalat, dalam melakukan munajat, tidak merasa sendiri. Ia merasa seolah-olah berhadapan dengan Allah, serta didengar dan diperhatikan munajat-Nya. Suasana spiritualitas shalat yang sedemikian dapat menolong orang mengungkapkan segala perasaan, keluhan dan permasalahannya kepada Allah. Dengan suasana shalat yang khusyu’ itu pula, orang memperoleh ketenangan jiwa (al-nafs al-muthma¶innat), karena merasa diri dekat kepada Allah dan memperoleh ampunan-Nya.
c. Melakukan Puasa
Puasa (siyam) merupakan amalan batin yang disandarkan khusus kepada Allah dan bersifat rahasia. Dalam berpuasa orang dengan sadar, yakin dan sabar melatih dirinya dalam menahan lapar dan haus, serta menahan segala keinginan hawa nafsu dalam jangka waktu tertentu. Puasa yang dilakukan dengan penuh kesadaran, keimanan dan ketakwaan kepada Allah  merupakan benteng (junnat bunker) yang kukuh bagi pertahanan diri dari godaan hawa nafsu. Sifat puasa yang sedemikian dapat  mendorong orang untuk bersikap ikhlas, jujur, benar dan mengendalikan diri dalam setiap amal yang dilakukannya

 d. Memakmurkan Masjid 
Masjid merupakan simbol rumah Allah SWT, melalui masjid diharapkan para manusia yang berada di sekitarnya bukan saja menjadi mudah mengenal Allah SWT sebagai eksistensi serba Maha, tetapi benar-benar dapat  melakukan komunikasi aktif yang menyeluruh sehingga dipastikan memperoleh berbagai aspek kenikmatan. Sehingga tidak menginginkan hidup dan mati kecuali hanya di jalan-Nya dan sedang menuju kepada-Nya semata.

e. Menghidupkan Akhir Malam
 Qiyam al-lail (menghidupkan malam) dalam aksi spiritualisasi Islam dipandang sebagai jalan lurus menuju Allah dan kebahagiaan akhirat. Dalam wirid dan menghidupkan malam, orang menjadikan dirinya dan seluruh hidupnya bernilai keimanan dan ibadat kepada Allah. Suasana wirid dan menghidupkan malam demikian besar arti dan manfaatnya bagi kebahagiaan dan kesempurnaan jiwa. Dengan melaksanakan wirid dan menghidupkan malam, orang yang abid (beribadah) dan muwahhid (orang yang mengakui keesaan Allah) akan memperoleh kenikmatan dan kelezatan dalam bermunajat dan bertaqarrub. Orang yang alim dan menuntut ilmu akan memperoleh tambahan ilmu dan orang yang bekerja (amil) dan penguasa (al-wahy) akan memperoleh kegembiraan dan kebahagiaan dalam bekerja atau beramal.

 f. Menuntut Ilmu
Ilmu merupakan sebuah jalan yang mempermudah dan pasti sampai kepada suatu tujuan, terutama untuk mengenal Allah SWT lalu menghambakan diri kepada-Nya semata. Karena dalam ilmu sebenarnya sebagai milik Allah SWT terkandung bukan saja bekas-bekas yang merupakan suatu pertanda, melainkan juga dapat ditemukan gambaran tentang keberadaan-Nya dengan berbagai dimensi. Dengan ilmu, amal dapat menjadi sempurna, sehingga dengan demikian, orang dapat memperoleh nur, kebaikan, kearifan, keselamatan, ketinggian derajat, dan pandangan luas. Dengan ilmu pula, orang dapat membebaskan dirinya dari ajaran yang salah dan aqidah yang sesat, serta memperoleh pengetahuan yang benar dan aqidah tauhid.

g. Haji
Haji dalam sistem spiritualisasi Islam dipandang sebagai ibadah sekali seumur hidup, akhir perintah (khitam al-amr), kesempurnaan agama serta jihad. Dalam menunaikan haji, orang pergi mengunjungi baitullah di Makkah dan Makam Nabi Muhammad SAW di madinah, menghadapkan jiwa dan raga untuk beribadah kepada Allah guna memperoleh pahala, ampunan, keselamatan, rahmat, surga dan kedekatan diri dengan-Nya. Di samping itu, dalam menunaikan haji, orang juga dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu, membina jiwa dan berakhlak baik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun terhadap Allah. Sifat ibadah haji yang demikian dapat mendorong orang taat dalam beragama, berakhlak mulia dan mendekatkan diri kepada Allah. Haji yang ditunaikan sesuai dengan rukun, sunnah dan adabnya, mendatangkan hikmah dan manfaat banyak bagi jiwa. Di antaranya ialah perasaan memperoleh ampunan. Persamaan manusia di hadapan Allah, dan perasaan dekat dengannya dan renggang dari keduniawian serta bersesuaian amal dengan syariat